Thursday, August 7, 2014

Funny, How Melody Sounds Like Memory



Kenapa setiap saat kita dekat dengan seseorang, selalu ada theme song nya sendiri. Sehingga saat lagu itu diputar kembali, yang kita dengar bukan melodi, melainkan memori. Menjadikan setiap lagu punya perasaan khusus. Itu kali ya istimewa nya musik, selalu bisa menyampaikan, mengingatkan, dan menumbuhkan perasaan.

Gue sendiri enggak bisa main alat musik, apapun. Waktu SD pernah tergabung dalam klub angklung, tapi please kalau itu bisa disebut suatu keahlian, gue hanya ahli ngegetok-getok angklung jadi nada DO, doang. Baik, terima kasih kalau kalian sekarang sedang menatap miris tulisan gue. Huhuhu. Lalu, menjelang kelulusan SD ada kemajuan, gue DIWAJIBKAN BISA memainkan lagu Ibu Kita Kartini dengan suling. Dan bisa. HAHAHA. Iya, hanya lagu Ibu Kita Kartini. (Yang kalau sekarang disuruh memainkan pun pasti gue sudah lupa.) Setelah itu, jaman SMP pernah belajar main gitar, yang berakhir dengan prestasi luar biasa, gue fasih! Memainkan kunci A. Hanya A. Yah walaupun cuma A, setidaknya ada nada yang keluar saat gue ngegenjreng ya. Lalu, SMA akhir gue pernah belajar main drum, dan lagi-lagi bakat alami gue terlihat. Ya, tidak bisa, tidak fasih, hanya asal jedag-jedug. Sekarang.. Masa kuliah, gue memutuskan untuk menjadi penikmat musik yang baik saja. Tidak lagi-lagi merusak harmoni musik yang sudah ada.

Dan sebenarnya ini membuat gue jadi menyukai orang-orang yang bisa memainkan musik dengan baik. Terutama piano. Apa ya.. Manis. Romantis. Keren. Bikin jatuh hati.

Lalu, kembali ke topik awal. Theme Song. Gue ingat beberapa lagu yang akan me-rewind gue ke masa lalu. Lagu-lagu yang terdengar seperti memori, bukan melodi..


Galauuuuuu semua lagunya haha. Terus jangan sampai di kala cuaca mendung, petrichor datang, lagu ini diputer. Bisa banjir Jakarta brooohhhh….. Banjir air mata. Hahaha. Ga, becanda. Gue kan enggak cengeng.

Tapi ada satu Theme Song favorit gue, yaitu Cicak-Cicak di Dinding. Dimana gue adalah Cicak, dan si dia adalah Nyamuk. Jadi ceritanya, gue lagi merayap di dinding, memperhatikan dia dari kejauhan, mengaguminya, hingga akhirnya si dia pun mendekat kepada gue, lalu…. Hap! Dia gue makan. Terus si dia mati, ada di perut gue. Tamat.

No comments: