Monday, July 28, 2014

Peka?


Harus gue akui, gue bukan orang yang peka atau super perhatian. Terkadang banyak hal-hal penting yang gue miss dan berakhir dengan dianggap tidak menghargai atau dilewatkan begitu saja. Loh? Gue bukan dukun, dan gue juga bukan ahli cenayang yang bisa baca pikiran orang lain. Kalau elo butuh sesuatu, kesel atau sebel dengan sikap gue, ya ngomong. Jangan berharap gue akan tahu dengan sendirinya. Percayalah, semua orang yang benar-benar dekat dengan gue pasti mengerti hal ini. Ketidakpekaan atau kecuekan gue. Nyokap, adik gue, pacar, sahabat dekat, tahu pasti tentang kecuekan gue. Jangankan berharap gue tahu isi pikiran mereka, untuk ngurusin diri sendiri pun gue cuek. Jadi kalau ada apa-apa please, Tuhan menciptakan kita mulut dan bahasa yang dimengerti oleh semua orang, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya. Sulit jika mengharapkan orang lain untuk peka atau apapun itu namanya.

Tuesday, July 22, 2014

Late Night Thoughts

Jam-jam segini itu jam beracun hahaha. Karena tiba-tiba suka muncul ingatan-ingatan yang random, kepikiran apapun yang sifatnya random dan menyebalkan. Waktu Indonesia Bagian Galau kalau kata twitter. (Enggak, gue sih enggak galau. Bener.)

Well, gue terbiasa sendirian, tinggal sendiri, tidur sendiri, jalan di mall sendiri, makan sendiri, nonton sendiri, bahkan yang ekstrimnya adalah karaokean sendiri.... (Okay yang terakhir memang awkward banget, tapi itulah kenyataan, pahit. Hiks.)

Dan maka dari itu, gue agak suka over excited kalau pergi dengan orang lain. (Over excited nya dalem hati doang, depan orangnya sih tetep cool-cool gimana gitu kaaannnn.. Uhuk *wink* hahaha.)

Tapi sedihnya adalah, beberapa waktu lalu, gue pernah janjian untuk ketemu dengan seseorang untuk jalan, dan gue tetep sendirian. Bukan karena orang itu diem aja pas pergi, bukan, tapi karena orang itu enggak ada. Iya, membatalkan janji ketemuan, setelah gue menunggu di coffee shop berjam-jam dari siang sampai sore.

Gue terbiasa sendirian, tapi bukan berarti gue suka sendirian. Gue enggak suka sendirian. Tapi dibandingkan dengan sendirian, gue lebih enggak suka menunggu. Gue bener-bener enggak suka menunggu, semua jenis menunggu.

Entahlah.. gue jadi kepikiran, egoiskah kalau gue sendiri enggak suka menunggu, tapi ada orang lain yang sedang menunggu gue?

Sunday, July 6, 2014

'Untuk Awan'

Halo Awan :) Ini tulisan buat Awan, entah buat Awan beneran yang ada di langit atau siapapun yang punya nama Awan, dan atau namanya ada kata 'Awan' nya, misalnya Irawan, Setiawan, Wirawan, Darmawan, atau siapapun deh :p (MAKSA BANGET YA! HAHAHA). Hari ini, Minggu, siang, abis ujan, dan disamping gue ada jendela besar untuk bisa lihat kamu, Awan.

Kata seseorang beberapa waktu lalu, "Gue suka aja sama awan, dia bebas terbang kemana aja. Free." Pernyataannya bener-bener menenangkan ya, gue ngerasa seperti agak terhipnotis dan sejenak jadi ngebayangin bebasnya awan di langit.

Tapi dengan dodol gue jawab, "Kalo gue suka awan karena kayak gula kapas. Terus kalo liat awan jadi pengen ngemil, pengen makan." BENER-BENER NGERUSAK SUASANAAAA SHEELLL!! (Gue juga enggak ngerti ngapain jawab kayak gitu huhu. Kenapa di pikiran gue cuma makanan *emoticon nangis guling-guling di lantai supermarket*)

Terus dia jawab lagi, "Awan itu enggak bisa dimakan tau. Dipegang aja enggak bisa, mereka nyebar. Jadi biarin dia terbang bebas aja, jauh lebih cakep jadinya."

--------------------------------------------------------------------------------

Well, percakapan gue kemarin membawa gue hari ini untuk mengamati awan. Mengamati kamu yang putih, menyebar, dibawah bayangan langit. Kamu yang suka berubah-ubah bentuknya dan terbang mengikuti arah tiupan angin. Kamu yang kadang meneduhkan dan mempesona. Yang kadang hanya dengan melihat kamu putih saja, dapat membuat rasa aman, yakin bahwa cuaca hari ini akan baik-baik saja. Namun kadang juga membuat rasa getir melihat kamu berubah menjadi abu-abu, khawatir kamu menurunkan titik air. Dilain sisi, merasa nyaman dengan bau senyawa yang akan datang seiring dengan berubah nya warnamu.

Sama seperti kehidupan bukan? Saat semua begitu cerah dan kita begitu putih, kita percaya semua baik-baik aja. Kita terbang kesana kemari, berubah bentuk apapun yg kita suka. Lalu perlahan kita kelelahan, berubah menjadi abu-abu, serasa membawa beban berat hingga akhirnya kita menghitam, guntur dimana-mana terasa begitu menekan. Hingga akhirnya semua orang butuh menangis di kaki Tuhan, butuh menurunkan air tersebut, butuh mengeluarkan hujan.. Supaya menjadi ringan dan putih kembali. Juga.... supaya muncul pelangi.

Selamat hari Minggu.
Have a lovely day ;)

Tuesday, July 1, 2014

Clouds

There are many types of people in the world, therefore many types of imagination. Some have.... limited brain possibilities and their imagination is like the thin summer clouds over a blue sky. Um.. thin, white, transparent and regular in shape, constant.

Then there's the regular people, who dream and talk and plan and shape their life accordingly. These are the puffy, fluffy, yummy (eh yummy? sambil ngebayangin yupi sama marshmallow :p), big, all shape-like clouds. Some announce the storm, only to make way for the sun again, others travel a lot, carried by the wind and following an unknown and irregular path, and others move slow, changing shapes constantly.

And the last big category contains the less fortunate ones, who are the like 'late autumn' clouds. Grey and dull, blocking any ray of sunshine.

Which one are you?


Clouds are like the imagination.. They appear in any form and any shape, change and adapt, flow and travel. Believe in yourself and your imagination, to get new ideas and views of life. Something big awaits! -Unknown