Tuesday, July 31, 2012

Bukan Ini, Bukan Itu

Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara Tuhan. Sekarang aku datang" (Yosua 5:14)

Dodo sedang bimbang ketika mesti mengambil keputusan. Meneruskan kariernya atau menjadi fulltimer. Ia lalu berdoa, "Tuhan, yang mana kehendak-Mu? Menjadi fulltimer, atau insinyur?" Kerap kali dalam hidup ini kita memberi Tuhan dua pilihan. "Yang ini atau yang itu?" Kalau bukan A, tentu B. Tanpa kita sadari, bisa jadi rencana Tuhan bukan kedua-duanya. Sebelum maju menyerang Yerikho, Yosua bertemu seseorang yang membawa pedang. Refleks Yosua bertanya, "Kawankah engkau atau lawan?" Jawaban yang Yosua terima adalah tidak dua-duanya. Bukan kawan, juga bukan lawan. Dia Panglima Balatentara Tuhan. Tuhan bukan kawan Yosua yang berkedudukan sederajat dengannya. Tuhan juga bukan lawan Yosua. Dia adalah Tuhan-nya, yang datang untuk memimpinnya (ayat 14). Ketika Yosua sadar berhadapan dengan Panglima Allah, ia sujud menyembah dan bertanya apa yang harus ia lakukan. Dan ia pun mendapat petunjuk yang tepat (ayat 15).

Acap kali kita dihadapkan pada banyak pilihan. Ketika bertanya kepada Tuhan, janganlah membatasi dengan memberi-Nya pilihan. Kita seyogianya sadar, rencana Tuhan bisa jauh melebihi yang bisa kita pikirkan. Tuhan datang tidak untuk menjawab kebingungan kita, tetapi untuk menyatakan bahwa kita harus mengikuti-Nya. Doa kita semestinya bukan memberi Tuhan pilihan, melainkan bertanya, "Apa yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" (ayat 14).

Ketika kita sungguh-sungguh merendahkan diri dan bertanya, Tuhan akan memberi pimpinan-Nya. Dan, sungguh indah jika ketika mendapat pimpinan, kita tidak membantah, tetapi berlaku seperti Yosua, "Dan Yosua berbuat demikian" (ayat 15). (Source e-RH)

Berserahlah kepada Allah yang sanggup memilihkan jalan,
sebab hanya Dia lah yang sudah tahu segala yang di depan.

Monday, July 30, 2012

Tidak Lupa Masa Lalu

Malah anugerah Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (1 Timotius 1:14)

Ada sebuah dongeng tentang Akhan, kepala istana kepercayaan Baginda Raja, yang memiliki kebiasaan aneh. Setiap pagi sebelum memulai pekerjaannya, ia pergi ke sebuah ruangan yang terletak di belakang istana, dan beberapa saat lamanya berdiam diri di sana. Kebiasaannya itu lama-lama diketahui Baginda Raja. Diam-diam Baginda Raja memeriksa ruangan itu, dan didapati di sana beberapa benda asing: lemari kecil dan kursi tua di pojok ruangan, lalu topi dan sandal petani, serta cangkul di dekatnya. Baginda Raja pun memanggil Akhan dan bertanya tentang benda-benda itu. Akhan menjelaskan, "Saya adalah anak petani miskin ketika Baginda membawa dan membesarkan saya di istana. Saya menjadi seperti sekarang karena perkenan dan kebaikan Baginda. Setiap hari saya masuk ke ruangan itu dan melihat benda-benda tersebut, untuk mengingatkan diri sendiri, siapa saya dulu."
 
Paulus juga tidak pernah melupakan atau menutupi masa lalunya yang kelam. Dan karena itu ia jadi selalu ingat akan kasih karunia Allah dalam hidupnya. "Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi telah dikasihi-Nya," begitu ia menulis (ayat 13). Tidak heran kalau dalam kondisi apa pun Paulus tidak pernah kekurangan sukacita dan rasa syukur kepada Tuhan.

Mari kita pun senantiasa mengingat kembali rahmat dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita pada masa lalu; supaya kalau sekarang sukses, kita tidak menjadi sombong dan lupa diri. Sebaliknya kalau tengah dirundung kesusahan, kita tidak menjadi kecil hati atau putus asa, tetap bisa bersyukur dan bersukacita. (Source: e-RH)

Bagaimana kita mengingat dan memaknai masa lalu,
akan sangat menentukan langkah kita pada masa kini.

Sunday, July 29, 2012

The Past


The past is the past for a reason, that is where it is supposed to stay. But some cannot let it go, in their head it eats away, until all their focus becomes the person that they used to be. The mistakes they made in their life. Oh if only they could see, that you cannot change what happened. No matter how hard you try, no matter how much you think about it, no matter how much you cry.

What happens in your lifetime, happens for reasons unknown. So you have to let the cards unfold, let your story be shown. Don't get wrapped up in the negative. Be happy with what you have been given. Live for today not tomorrow, get up, get out and start living.

Cause the past is the past for a reason. It's been and now it is gone. So stop trying to think of ways to fix it. It's done, it's unchangeable, move on.

Monday, July 23, 2012

Random












A Little Thought


Cuma ingin share satu kebenaran tentang hubungan atau relationship. Jadi kebenaran ini mengenai tahap-tahapnya sebelum berhubungan pacaran dengan seseorang. Kadang karena fisik luar kita jadi terlalu mudah memasukkan seseorang ke dalam hati kita, ga heran kalo hati kita sering kecewa. Seharusnya kita harus tau luar dalamnya seseorang itu dulu kan. Gue punya perumpaan, hati itu kita ibaratkan sebagai rumah. Kalo elu punya rumah apakah semua orang elu perbolehkan masuk? Tentu ada orang-orang yg cuma boleh sampe pagar, sampe teras, di ruang tamu, dan kalau orang yg sangat kita percaya baru boleh masuk ke dalam kamar. Nah, kalau orang-orang yg boleh masuk rumah aja kita tau mana yg boleh dan enggak, lalu begitupun sama hati. Ga sembarang orang seharusnya boleh masuk ke dalam hati kita. Supaya kita ga kecewa. Banyak hubungan yg akhir-akhirnya malah membuat kecewa, karena sering berantem lah, ga diperhatiin lah, selingkuh lah, dan lain-lain.

4 Tahap Hubungan :

1. Introduction
Of course, harus ada perkenalan. Dalam tahap ini biasanya doi cuma menunjukkan yg bagus-bagus, seolah ga bercacat cela haha biasa lah! Nah di tahap ini juga, kenali siapa tuhannya. Kalau sama, tanya agamanya. Kalau sama, tanya kitab yg dibacanya apa. Kalau sama juga, tanya suka dibaca setiap hari atau enggak? Lalu seaktif apa dia di tempatnya beribadah. Kalau jawaban pertanyaan diatas ada yg tidak sama, atau dia enggak suka baca kitab. Ok girls, I have to tell you, stop sampai disitu. Karena apa jaminannya hubungan kalian kedepannya bakal tetep kudus, karena yg seharusnya jadi landasan hubungan kalian aja (Firman Tuhan) ga selalu dia baca. Jangan biarkan hati kalian kecewa di kedepannya. Nah, kalau yg agamanya enggak sama, gue juga cuma bisa bilang 'Stop sampai disitu', jangan mengharapkan saat sudah pacaran orang itu akan pindah ke agama kalian, lah wong Tuhan aja ga bisa merubah dia (karena hati orang tersebut), siapa kalian bisa merubah dia, kalaupun iya itu akan bersifat sementara. Tapi kalau sama, oke kita lanjut ke tahap kedua.

Jika kamu telah berhubungan sex dengan pacarmu, sesungguhnya kamu telah menaburkan benih-benih kematian pada hubunganmu.

2. Make Contact
Di tahap ini, tahap memperhatikan sungguh-sungguh! Tentunya di tahap ini kalian udah bertukar nomor, facebook, twitter, dan media lainnya. Nah lihat statusnya, apakah perkataannya kata-kata yg membangun atau justru kata-kata yg kasar. Percaya atau tidak, kata-kata itu cerminan pikiran dan hati. Kalau dari kata-kata aja udah keliatan ga baik, gimana hatinya? Jangan mau dikecewakan untuk kedepannya. Kalian berhak dapet yg terbaik. Foto-fotonya atau gambar-gambarnya, apakah memuliakan Tuhan atau ... Jika tidak, stop sampai disitu. Jika iya, lanjut ke tahap ketiga.

3. Friendship
Di tahap ini, kenali lebih dalam. Karena statusnya sudah berteman, tentu kalian udah lebih deket dong. Nah lihat respon-responnya saat menghadapi masalah, tekanan, dan lain-lain. Apakah ucapan syukur yg keluar, atau justru respon negative? Marah-marah, bersedih a.k.a galau, kasar? Jika iya, stop sampai disitu. Orang-orang yg selalu bersedih adalah orang yg akan menuntut untuk dikasihi. Ibaratnya seperti gelas kosong yg selalu ingin dituang, jika gelas yg elu punya penuh, maka elu akan selalu menuang ke gelas yg kosong. Tapi gelas itu akan selalu kosong, hingga pada akhirnya gelas yg elu punya pun akan menjadi kosong. Dan gelas yg sama-sama kosong akan saling menuntut untuk sama-sama dikasihi. Yg akan berakhir dengan menuntut untuk diperhatikan, menuntut untuk menghabiskan waktu selalu berdua, cemburuan karena merasa memiliki. Berbeda jika gelas yg dia punya juga penuh, elu berdua akan selalu merasa terpenuhi kasihnya oleh kasih Allah. Dan yg dilakukan oleh gelas yg sama-sama penuh adalah saling memberi tanpa saling menuntut untuk dituang. Dan dari sana, akan terciptalah buah-buah Roh.

Lebih baik menunggu orang yg tepat, daripada berjalan dengan orang yg bersedih.

4. Intimacy
Ini tahap terakhir, kalau kalian udah bener-bener yakin sama orang tersebut. Tuhannya sama, agamanya sama, kitabnya sama, aktif di tempat dia beribadah, responnya baik, dan lewat hidup dan perkataannya Tuhan dimuliakan. Berdoa untuknya, lebih baik sambil berpuasa. Biar Tuhan yg kasih tau apa memang dia orangnya atau bukan. Terkadang, orangnya tepat, caranya tepat, tapi waktunya belum tepat.

Oke segitu dulu dari gue hehe semoga membantu :) Oya, satu lagi.. Saat yg paling tepat seseorang memerlukan pasangan adalah saat orang itu merasa dia tidak memerlukan pasangan :) Karena dia sudah merasa mapan, dan cukup. Jadi yg akan dilakukan orang ini saat bertemu pasangan adalah memberi dan memberi. Apa jadinya jika dua orang yg selalu memberi berada dalam satu hubungan yg landasannya adalah Firman Tuhan? Well, gue bisa pastikan mereka bahagia :)

Raise Your Standard! Kalau mau dapet yg bener-bener terbaik :)

Friday, July 20, 2012

Love Is You

Your salary is not love and your word is not love. Your clothes are not love and holding hands is not love. Sex is not love and a kiss is not love. Long letters are not love and a text is not love. Flowers are not love and a box of chocolates is not love. Sunsets are not love and photographs are not love. The stars are not love and a beach under the moonlight is not love. The smell of someone else on your pillow is not love and the feeling of their skin touching your skin is not love. Heart-shaped candy is not love and an overseas holiday is not love. The truth is not love and winning an argument is not love. Warm coffee isn't love and cheap cards bought from stores are not love.  Tears are not love and laughter is not love. A head on a shoulder is not love and messages written at the front of books given as gifts are not love. Apathy is not love and numbness is not love. A pain in your chest is not love and clenching your fist is not love. Rain is not love.
Only you. Only you, are love.