Wednesday, July 24, 2013

Ujian


Pernah ngalamin ujian? Pasti pernah donggg.. Mulai dari ujian yang paling gampang, ujian SD (tapi dulu sih ga berasa gampang juga ya haha), ulangan harian di SMP, ujian SMP, terus ujian SMU dan serangkaian ujian lainnya.

Kira-kira apa sih yang kita lakukan menjelang ujian? Gue yakin kalau diadakan survey pasti jawaban tertinggi BELAJAR. Dan biasanya menjelang ujian para 'early bird' (manusia-manusia yang tidak bisa bertahan hidup di atas jam 11 malam) entah kenapa bisa tahan belajar sampai jam 3 pagi. Dulu ketika masih SMU yang namanya suplemen kesehatan kayak Extra Joss sampe Krating Deng dan yang paling tradisional, kopi, biasanya laku keras. Belum lagi tukang fotokopi yang sering kebanjiran rejeki karena banyaknya catatan 'bersama' yang harus difotokopi (btw, baru sadar kalau ternyata ujian membawa berkah tersembunyi juga bagi beberapa pihak hehe).

Kenapa sih manusia-manusia yang biasanya sering tidur ketika jam pelajaran, mendadak berubah menjadi anak-anak 'teladan' menjelang ujian? Gerombolan yang biasa selalu duduk di belakang dan bikin ribut tiba-tiba berpindah haluan menjadi anak-anak manis, yang memandang wajah dosennya dengan tatapan penuh harap. Belum lagi buku pelajaran yang biasanya jarang disentuh tiba-tiba berubah jadi lebih menarik dari foto pacarnya. Kenapa ya?

Guys, gue rasa sih kalian tahu kenapa.. yaa biar lulus dongggg!!! Hahahaha. Iya lah, buat apa ikut ujian kalau akhirnya enggak lulus? Malu lagi kalau sampe enggak lulus. Belom lagi kalau mesti ngulang pelajaran. Ada mata kuliah dasar di fakultas gue yang kalau sampai nggak lulus mata kuliah itu berarti nggak bisa mengambil mata kuliah semester depan, dan harus nunggu tahun depan untuk kembali duduk di kelas yang sama dengan adik-adik kelas yang masih polos dan lugu. Malu dong.

Biasanya, kita semua begitu serius dalam mempersiapkan ujian (gue enggak tahu kalian gimana, kalo gue sih pasti serius, ehem! Hehehe). But, bagaimana dengan ujian-ujian yang Tuhan berikan? Apakah kita juga menganggapnya sama 'serius' dengan ujian-ujian kita di sekolah atau di kampus? Atau kita cuma menganggap ujian dari Tuhan sesuatu yang main-main dan tidak serius?

Guys, be careful. Ujian Tuhan itu jauuhhh lebih sulit lulusnya daripada ujian di sekolah. Kenapa gue bilang begitu? Ya jelas, soalnya kalau ujian Tuhan enggak bisa nyontek. Gimana mau nyontek lah teman-teman 'sekelas' kita semua soalnya beda-beda. Terus udah gitu, Tuhan kan bukan dosen ganjen yang kalau kita kedipin terus langsung dikasih nilai B+ buat ujian kita, Tuhan juga bukan pengawas ujian yang bisa disogok supaya kita bisa 'mengamalkan musyawarah mufakat' di tengah ujian.

Udah gitu, setahu gue, 'sekolah Tuhan' enggak kenal istilah katrol nilai. Jadi kalau ujian kalian jelek, ya siap-siap aja menjalankan ujian ulang. Kalau masih jelek lagi, ya ikut ujian berikutnya. Kalau masih jelek lagi? Gimana dong? Ya ulang lagi. Mungkin kalian pikir, masa sihhh.. Masa kalau kita enggak lulus 1 'mata kuliah' kita harus ngulang bagian itu sih? Oiya jelas. Sampai lulus. Palingan Tuhan masukin kita ke kelas tambahan kalau enggak lulus-lulus juga. Kenapa, karena Tuhan enggak mau 1 pun anak-Nya gagal. Ia ingin kita semua lulus summa cum laude. Ceilaa... sayang anak-Nya yang pada males dan enggak mau lulus dengan nilai bagus.

Tuhan memang enggak memberi kita batasan berapa kali kita harus ngulang ujian itu sampai kita lulus, tapi masa enggak malu sih? Temen-temen kita udah mulai ujian 'persamaan linear untuk perhitungan ekonomi' atau 'perpotongan 2 garis sejajar yang saling menyilang', kita masih enggak hafal 13 x 15 itu berapa.

Max Lucado mengatakan dalam bukunya Just Like Jesus, Tuhan menerima kita apa adanya, namun Ia menolak membiarkan kita seperti ini. Ia ingin kita menjadi serupa dengan Anak-Nya.

Guys, gue rasa itu alasan kenapa Ia memberi kita ujian-ujian kehidupan. Bukan karena Ia sadis atau type orang yang 'gila sekolah', enggak. Dia memberi kita ujian supaya kita bisa serupa dengan Anak-Nya.

Terus gimana dong caranya supaya bisa lulus dalam ujian-ujian Tuhan?

Ya sama aja seperti kalau kita mau lulus dalam ujian-ujian di sekolah. Belajar. Cuma yang dipelajarin bukannya Statistik atau Manajemen Keuangan. Yang dipelajari tentu aja Alkitab. Gimana mau dapet hasil yang bagus kalau Alkitabnya masih halus terawat dan bau toko padahal sudah diwariskan 3 generasi, atau kayaknya Alkitabnya penuh dengan pembatas Alkitab yang lucu-lucu (biasanya cewek nih) sampai sangking penuhnya, Alkitabnya jadi berat dan males dibuka.

Dan 1 lagi yang enggak boleh kita lupa, sama kayak kuliah, kita enggak cukup dengan hanya baca diktat menjelang ujian, tapi kita juga harus dengerin ketika dosennya ngajar. Kita juga harus dengerin suara Tuhan ketika Ia baru ngajar kita. Guys, siapa tahu kunci jawaban dari ujian yang Tuhan kasih ke kita, Tuhan udah kasih tahu ketika dia ngajar kita tiap pagi. Tapi gimana mau jawab kalau kita tidur melulu tiap kali Tuhan ngomong, atau kita malah enggak pernah tahu kalo Tuhan ngomong sama kita.

Ketika kita sedang menjalani ujian dari Tuhan, 1 lagi yang perlu kita ingat, Tuhan tahu batas kemampuan kita. Dia enggak mungkin kasih soal persamaan logaritma sama anak TK yang baru bisa tambah dan kurang. Sebaliknya jangan berharap Tuhan mau kasih soal perkalian dan pembagian sama anak SMU kelas 3 yang udah belajar Integral. Tuhan tidak akan memberi soal ujian yang terlalu susah, tapi juga Ia tidak akan memberi soal ujian yang terlalu mudah.

Terakhir, hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Amin.

Thursday, July 18, 2013

Bintang Laut

Namaku bintang laut. Aku tinggal di laut. Ada 1 hal yang sangat kubenci. Setiap pagi jika air laut sudah surut, aku seringkali terdampar di pantai. Aku harus berjuang keras untuk bisa kembali ke laut, itu bukan hal yang mudah. Aku melihat banyak temanku yang gagal dan akhirnya mati lemas. Hatiku sedih melihat mereka, namun akupun tak berdaya untuk menyelamatkan mereka. Jangankan menolong mereka, aku tidak mati lemas saja sudah merupakan suatu berkat.

Suatu waktu, aku tiba di kawasan baru. Di sebuah pantai asing yang tidak kukenal. Aku sedang berusaha untuk kembali lagi ke laut. Hup, aku melangkahkan tanganku satu persatu. Aku tidak mau mati lemas. Tiba-tiba aku merasa tubuhku terangkat, dan aku terlempar ke laut. Aku terkejut. Seekor bintang laut lain lewat dihadapanku. 

Aku bertanya kepadanya, "Hei apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba aku bisa kembali ke laut?"

"Oh. Di dekat sini hidup seorang nelayan. Setiap pagi, ia berjalan dan mengembalikan setiap bintang laut yang terdampar di tepi pantai," jawab si bintang laut itu.

Aku mengerti dan sejujurnya, aku merasa ada perasaan aman. Akhirnya ada seseorang yang mampu menolongku dan teman-temanku. Aku tahu bahwa kami tidak sanggup terus menerus berjuang untuk kembali ke laut. Suatu saat, kami pasti akan mati lemas, jika tidak ada yang menolong kami.

Suatu pagi, tiba-tiba aku terdampar lagi. Aku tetap berusaha untuk kembali. Tapi sepertinya pagi ini, aku membutuhkan sedikit kekuatan ekstra. Ada luka di tanganku, dan luka itu menyulitkan aku untuk kembali. Aku sudah mau menyerah, ketika tiba-tiba ada suara yang terdengar, "Jangan takut bintang laut, aku akan membantumu kembali ke laut." 

Aku menghembuskan nafas lega, aku tahu aku tidak akan sanggup kembali dengan kekuatanku sendiri. Dan aku merasa lega ada nelayan yang mau membantuku. Baru saja, ia akan melemparkanku, ada suara lain yang terdengar.

"Apa yang sedang kau lakukan?!" 

Nelayan itu menoleh dan melihat seseorang berdiri di belakangnya.

"Aku sedang mengembalikan bintang laut yang terdampar di pantai."

"Tidak kah kau sadar bahwa kau melakukan sesuatu yang sia-sia? Ada begitu banyak bintang laut yang terdampar di setiap pantai di dunia ini. Kau melakukan hal yang sia-sia, Pak."

Nelayan itu menunduk dan melihatku. Rasa ketakutan yang luar biasa tiba-tiba mencengkeramku. Ingin rasanya aku berteriak, "Pleasee, jangan dengarkan orang itu, Pak. Jangan dengarkan dia. Aku membutuhkan bantuanmu. Aku akan mati jika kau tidak menolongku!!"

Aku mendengar suara itu berbicara lagi, "Pak, lihat bintang laut itu terluka. Ia hanya akan mati, cepat atau lambat. Kau membuang waktumu."

Nelayan itu tersenyum dan mengangkat tangannya, "Sekalipun keliatannya sia-sia, paling tidak bintang laut ini selamat. Justru karena ia terluka, maka ia membutuhkan bantuanku."

Dan nelayan itu melemparku ke laut. Aku pun selamat.

Special thanks to Jesus, 
Thanks for saved me, The Little Starfish :)