Pernah
ngalamin ujian? Pasti pernah donggg.. Mulai dari ujian yang paling gampang,
ujian SD (tapi dulu sih ga berasa gampang juga ya haha), ulangan harian di SMP,
ujian SMP, terus ujian SMU dan serangkaian ujian lainnya.
Kira-kira
apa sih yang kita lakukan menjelang ujian? Gue yakin kalau diadakan survey
pasti jawaban tertinggi BELAJAR. Dan biasanya menjelang ujian para 'early bird'
(manusia-manusia yang tidak bisa bertahan hidup di atas jam 11 malam) entah
kenapa bisa tahan belajar sampai jam 3 pagi. Dulu ketika masih SMU yang namanya
suplemen kesehatan kayak Extra Joss sampe Krating Deng dan yang paling
tradisional, kopi, biasanya laku keras. Belum lagi tukang fotokopi yang sering
kebanjiran rejeki karena banyaknya catatan 'bersama' yang harus difotokopi
(btw, baru sadar kalau ternyata ujian membawa berkah tersembunyi juga bagi
beberapa pihak hehe).
Kenapa
sih manusia-manusia yang biasanya sering tidur ketika jam pelajaran, mendadak
berubah menjadi anak-anak 'teladan' menjelang ujian? Gerombolan yang biasa
selalu duduk di belakang dan bikin ribut tiba-tiba berpindah haluan menjadi
anak-anak manis, yang memandang wajah dosennya dengan tatapan penuh harap.
Belum lagi buku pelajaran yang biasanya jarang disentuh tiba-tiba berubah jadi
lebih menarik dari foto pacarnya. Kenapa ya?
Guys,
gue rasa sih kalian tahu kenapa.. yaa biar lulus dongggg!!! Hahahaha. Iya lah,
buat apa ikut ujian kalau akhirnya enggak lulus? Malu lagi kalau sampe enggak
lulus. Belom lagi kalau mesti ngulang pelajaran. Ada mata kuliah dasar di
fakultas gue yang kalau sampai nggak lulus mata kuliah itu berarti nggak bisa
mengambil mata kuliah semester depan, dan harus nunggu tahun depan untuk
kembali duduk di kelas yang sama dengan adik-adik kelas yang masih polos dan
lugu. Malu dong.
Biasanya,
kita semua begitu serius dalam mempersiapkan ujian (gue enggak tahu kalian
gimana, kalo gue sih pasti serius, ehem! Hehehe). But, bagaimana dengan
ujian-ujian yang Tuhan berikan? Apakah kita juga menganggapnya sama 'serius'
dengan ujian-ujian kita di sekolah atau di kampus? Atau kita cuma menganggap
ujian dari Tuhan sesuatu yang main-main dan tidak serius?
Guys,
be careful. Ujian Tuhan itu jauuhhh lebih sulit lulusnya daripada ujian di
sekolah. Kenapa gue bilang begitu? Ya jelas, soalnya kalau ujian Tuhan enggak
bisa nyontek. Gimana mau nyontek lah teman-teman 'sekelas' kita semua soalnya
beda-beda. Terus udah gitu, Tuhan kan bukan dosen ganjen yang kalau kita
kedipin terus langsung dikasih nilai B+ buat ujian kita, Tuhan juga bukan
pengawas ujian yang bisa disogok supaya kita bisa 'mengamalkan musyawarah
mufakat' di tengah ujian.
Udah
gitu, setahu gue, 'sekolah Tuhan' enggak kenal istilah katrol nilai. Jadi kalau
ujian kalian jelek, ya siap-siap aja menjalankan ujian ulang. Kalau masih jelek
lagi, ya ikut ujian berikutnya. Kalau masih jelek lagi? Gimana dong? Ya ulang
lagi. Mungkin kalian pikir, masa sihhh.. Masa kalau kita enggak lulus 1 'mata
kuliah' kita harus ngulang bagian itu sih? Oiya jelas. Sampai lulus. Palingan
Tuhan masukin kita ke kelas tambahan kalau enggak lulus-lulus juga. Kenapa,
karena Tuhan enggak mau 1 pun anak-Nya gagal. Ia ingin kita semua lulus summa
cum laude. Ceilaa... sayang anak-Nya yang pada males dan enggak mau lulus
dengan nilai bagus.
Tuhan
memang enggak memberi kita batasan berapa kali kita harus ngulang ujian itu
sampai kita lulus, tapi masa enggak malu sih? Temen-temen kita udah mulai ujian
'persamaan linear untuk perhitungan ekonomi' atau 'perpotongan 2 garis sejajar
yang saling menyilang', kita masih enggak hafal 13 x 15 itu berapa.
Max
Lucado mengatakan dalam bukunya Just Like Jesus, Tuhan menerima kita apa
adanya, namun Ia menolak membiarkan kita seperti ini. Ia ingin kita menjadi
serupa dengan Anak-Nya.
Guys,
gue rasa itu alasan kenapa Ia memberi kita ujian-ujian kehidupan. Bukan karena
Ia sadis atau type orang yang 'gila sekolah', enggak. Dia memberi kita ujian
supaya kita bisa serupa dengan Anak-Nya.
Terus
gimana dong caranya supaya bisa lulus dalam ujian-ujian Tuhan?
Ya
sama aja seperti kalau kita mau lulus dalam ujian-ujian di sekolah. Belajar.
Cuma yang dipelajarin bukannya Statistik atau Manajemen Keuangan. Yang
dipelajari tentu aja Alkitab. Gimana mau dapet hasil yang bagus kalau
Alkitabnya masih halus terawat dan bau toko padahal sudah diwariskan 3 generasi,
atau kayaknya Alkitabnya penuh dengan pembatas Alkitab yang lucu-lucu (biasanya
cewek nih) sampai sangking penuhnya, Alkitabnya jadi berat dan males dibuka.
Dan
1 lagi yang enggak boleh kita lupa, sama kayak kuliah, kita enggak cukup dengan
hanya baca diktat menjelang ujian, tapi kita juga harus dengerin ketika
dosennya ngajar. Kita juga harus dengerin suara Tuhan ketika Ia baru ngajar
kita. Guys, siapa tahu kunci jawaban dari ujian yang Tuhan kasih ke kita, Tuhan
udah kasih tahu ketika dia ngajar kita tiap pagi. Tapi gimana mau jawab kalau
kita tidur melulu tiap kali Tuhan ngomong, atau kita malah enggak pernah tahu
kalo Tuhan ngomong sama kita.
Ketika
kita sedang menjalani ujian dari Tuhan, 1 lagi yang perlu kita ingat, Tuhan
tahu batas kemampuan kita. Dia enggak mungkin kasih soal persamaan logaritma
sama anak TK yang baru bisa tambah dan kurang. Sebaliknya jangan berharap Tuhan
mau kasih soal perkalian dan pembagian sama anak SMU kelas 3 yang udah belajar
Integral. Tuhan tidak akan memberi soal ujian yang terlalu susah, tapi juga Ia
tidak akan memberi soal ujian yang terlalu mudah.
Terakhir,
hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa
apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Amin.